Senin, Desember 6

MODUL KELAS XI SMA

PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA

Setelah mempelajari modul ini diharapakan para siswa dapat:

1.Mendeskripsikan faktor-faktor pendorong tumbuh kembangnya nasionalisme Indonesia

2.Mengidentifikasi berbagai bentuk organisasi pergerakan nasional

3. Menganalisis perkembangan pergerakan nasional

1. Pengertian

Pergerakan nasional Indonesia mempunyai pengertian sebagai berikut:

a. Pergerakan

Maksud dari "pergerakan" di sini meliputi segala macam aksi dengan mengggunakan "organisasi modern" untuk menentang penjajahan dan mencapai kemerdekaan. Dengan organisasi ini menunjuk bahwa aksi tersebut disusun secara teratur dalam arti ada pemimpinnya, anggota, dasar dan, tujuan yang ingin dicapai. Penggunaan organisasi modern ini menunjukkan adanya perbedaan dengan upaya melawan penjajah sebelum tahun

1908.

b Nasional

Istilah "nasional" menunjuk sifat dari pergerakan, yakni semua aksi dengan organisasi modern yang mencakup semua aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik, budaya dan kultural dengan tujuan yang sama, yakni melawan penjajahan.

c. Indonesia

Nama "Indonesia" yang digunakan berfungsi sebagai simbolis di dalam sejarah pergerakan nasional. Berdasarkan keterangan tersebut dapat dimengerti bahwa sejarah pergerakan nasional adalah bagian dari sejarah Indonesia yang meliputi periode sekitar 40 tahun yang dimulai sejak lahirnya Budi Utomo ( BU) sebagai organisasi nasional yang pertama sampai dengan terbentuknya bangsa Indonesia 1945 yang ditandai oleh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

2.Latar Belakang

Lahirnya pegerakan pasional Indonesia tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa

di Benua Asia saat itu.

a. Faktor Intern

1) Adanya penjajahan yang mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan

sehingga menimbulkan tekad untuk menentangnya.

2) Adanya kenangan akan kejayaan masa lampau, seperti zaman Sriwijaya

dan Majapahit.

3) Munculnya kaum intelektual yang kemudian menjadi pemimpin

pergerakan nasional.

b. Faktor Ekstern

1) Adanya All Indian National Congress 1885 dan Gandhiisme di India.

2) Adanya Gerakan Turki Muda 1908 di Turki.

152 Sejarah SMA/MA Kelas XI IPS

c. Adanya kemenangan Jepang atas Rusia (1905) menyadarkan dan

membangkitkan bangsa-bangsa Asia untuk melawan bangsa-bangsa

Barat.

d. Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang masuk ke

Indonesia, seperti liberalisme, demokrasi, dan nasionalisme mempercepat

timbulnya nasionalisme Indonesia.

3.Perkembangan

1) Masa Awal Perkembangan, yang ditandai dengan berdirinya oraginisasi

seperti Budi Utomo (BU), Sarekat Islam (SI), dan Indische Partij (IP).

2) Masa Radikal, ditandai dengan berdirinya Partai Komunis Indonesia

(PKI), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Perhimpunan Indonesia (IP).

3) Masa Bertahan, ditandai dengan berdirinya Fraksi Nasional, Petisi

Sutardjo, dan Gabungan Politik Indonesia (GAPI).

Budi Utomo

Pada bulan Oktober 1908 mengadakan konggres pertama di Yogyakarta.Kongres tersebut menghasilkan keputusan:

1) Budi Utomo dibatasi untuk penduduk Jawa dan Madura.

2) Tirtokusumo sebagai Bupati Karanganyar diangkat sebagai ketua.

3) Bergerak dalam bidang pendidikan dan budaya

Sarekat Islam (SI)

Tiga tahun setelah berdirinya BU, yakni tahun 1911 berdirilah Sarekat Dagang Islam ( SDI ) di Solo oleh H. Samanhudi, seorang pedagang batik dari Laweyan Solo.Organisasi SDI berdasar pada dua hal berikut ini.

a. Agama Islam.

b. Ekonomi, yakni untuk memperkuat diri dari pedagang Cinayang berperan sebagai leveransir (seperti kain putih, malam, dan sebagainya). Atas prakarsa H.O.S. Cokroaminoto, nama SDI kemudian diubah menjadiSarekat Islam ( SI ), dengan tujuan untuk memperluas anggota sehingga tidak hanya terbatas pada pedagang saja. Berdasarkan Akte Notaris pada tanggal 10 September 1912, ditetapkan tujuan SI sebagai berikut:

1) memajukan perdagangan;

2) membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha

(permodalan);

3) memajukan kepentingan rohani dan jasmani penduduk asli;

4) memajukan kehidupan agama Islam.

Melihat tujuannya tidak tampak adanya kegiatan politik. Akan tetapi, SI dengan gigih selalu memperjuangkan keadilan dan kebenaran terhadap penindasan dan pemerasan oleh pemerintah kolonial. Dengan demikian, di samping tujuan ekonomi juga ditekankan adanya saling membantu di antara anggota.Itulah sebabnya dalam waktu singkat, SI berkembang menjadi anggota massa yang pertama di Indonesia. SI merupakan gerakan nasionalis, demokratis dan ekonomis, serta berasaskan Islam dengan haluan kooperatif Sifat SI yang demokratis dan berani serta berjuang terhadap kapitalisme untuk kepentingan rakyat kecil sangat menarik perhatian kaum sosialis kiri yang tergabung dalam Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) pimpinan Sneevliet (Belanda), Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin (Indonesia). Itulah sebabnya dalam perkembangannya SI pecah menjadi dua kelompok berikut ini.

1) Kelompok nasionalis religius ( nasionalis keagamaan) yang dikenal dengan

SI Putih dengan asas perjuangan Islam di bawah pimpinan H.O.S.

Cokroaminoto.

2) Kelompok ekonomi dogmatis yang dikenal dengan nama SI Merah dengan

haluan sosialis kiri di bawah pimpinan Semaun dan Darsono.

Indische Partij (IP)

Indische Partij (IP) didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh Tiga Serangkai, yakni Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo), dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara).

Organisasi ini mempunyai citacita untuk menyatukan semua golongan yang ada di Indonesia, baik golongan Indonesia asli maupun golongan Indo, Cina, Arab, dan sebagainya. Mereka akan dipadukan dalam kesatuan bangsa dengan membutuhkan semangat nasionalisme Indonesia.

Cita-cita IP banyak disebar luaskan melalui surat kabar De Expres. Di samping itu juga disusun

program kerja sebagai berikut:

1) meresapkan cita-cita nasional Hindia (Indonesia).

2) memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik di bidang

pemerintahan, maupun kemasyarakatan.

3) memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara agama

yang satu dengan yang lain.

4) memperbesar pengaruh pro-Hindia di lapangan pemerintahan.

5) berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia.

6) dalam hal pengajaran, kegunaannya harus ditujukan untuk kepentingan ekonomi Hindia dan memperkuat mereka yang ekonominya lemah.

Melihat tujuan dan cara-cara mencapai tujuan seperti tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa IP berdiri di atas nasionalisme yang luas menuju Indonesia merdeka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa IP merupakan partai politik pertama di Indonesia dengan haluan kooperasi. Dalam waktu yang singkat telah mempunyai 30 cabang dengan anggota lebih kurang 7.000 orang yang kebanyakan orang Indo.

Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya ialah Islam dan kebangsaan Indonesia, sifatnya nonpolitik. Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan,pendidikan, dan sosial menuju kepada tercapainya kebahagiaan lahir batin.

Tujuan Muhammadiyah ialah sebagai berikut.

1) memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam;

2) mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut

agama Islam.

Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah

adalah sebagai berikut:

1) mendirikan sekolah-sekolah yang berdasarkan agama Islam ( dari TK sampai

dengan perguruan tinggi);

2) mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, dan masjid;

3) menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan

Gerakan Pemuda

Gerakan pemuda Indonesia, sebenarnya telah dimulai sejak berdirinya BU, namun sejak kongresnya yang pertama perannya telah diambil oleh golongan tua (kaum priayi dan pegawai negeri) sehingga para pemuda kecewa dan keluar dari organisasi tersebut. Baru beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 7 Maret 1915 di Batavia berdiri Trikoro Dharmo oleh R. Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman, dan Sunardi. Trikoro Dharmo yang diketui oleh R. Satiman Wiryosanjoyo merupakan oeganisasi pemuda yang pertama yang anggotanya terdiri

atas para siswa sekolah menengah berasal dari Jawa dan Madura. Trikoro Dharmo, artinya tiga tujuan mulia, yakni sakti, budi, dan bakti. Tujuan perkumpulan ini adalah sebagai berikut:

1) mempererat tali persaudaraan antar siswa-siswi bumi putra pada sekolah menengah dan perguruan kejuruan;

2) menambah pengetahuan umum bagi para anggotanya;

3) membangkitkan dan mempertajam peranan untuk segala bahasa dan budaya.

Taman Siswa

Sekembalinya dari tanah pengasingannya di Negeri Belanda (1919), Suwardi Suryaningrat

menfokuskan perjuangannya dalam bidang pendidikan.Pada tanggal 3 Juli 1922 Suwardi Suryaningrat (lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara) berhasil mendirikan perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Prinsip pengajaran dengan pola kepemimpinan "Ing ngarsa sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani ". Pola kepemimpinan ini sampai sekarang masih menjadi ciri kepemimpinan nasional. Berkat jasa dan perjuangannya yakni mencerdaskan kehidupan menuju Indonesia merdeka maka tanggal 2 Mei (hari kelahiran Ki Hajar Dewantara) ditetapkant sebagai hari Pendidikan Nasional. Di samping itu, "Tut Wuri

Handayani" sebagai semboyan terpatri dalam lambang Departemen Pendidikan Nasional.

Usaha untuk menuju persatuan dan kesatuan antarorganisasi pemuda ditempuh dengan cara melaksanakan kongres yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda Indonesia. Kongres Pemuda I dilaksanakan di Batavia pada tanggal 30 April–2 Mei 1926.

Pada tahun 1928 alam politik di Indonesia sudah dipenuhi oleh jiwa persatuan. Rasa kebangsaan dan cita-cita Indonesia merdeka telah menggema di jiwa para pemuda Indonesia. Atas inisiatif PPPI maka diadakan Kongres Pemuda II di Jakarta yang dihadiri oleh utusan organisasi-organisasi pemuda dan berhasil diikrarkan sumpah yang dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Kongres Pemuda II diselenggarakan pada tanggal 27–28 Oktober 1928 dengan susunan panitia sebagai berikut.

Ketua : Sugondo Joyopuspito ( dari PPPI).

Wakil Ketua : Joko Mursid (dari Jong Java).

Sekretaris : Muh. Yamin (dari Jong Sumatranen Bond)

Bendahara : Amir Syarifuddin (dari Jong Batak Bond)

Anggota : Johan Mohammad (dari Jong Islamieten Bond), Senduk (dari Jong

Selebes), J. Leimena (dari Jong Ambon), Rohyani (dari Pemuda

Kaum Betawi).

Maksud dan tujuan Kongres Pemuda II ialah sebagai berikut.

a. Hendak melahirkan cita-cita perkumpulan Pemuda Indonesia.

b. Membicarakan masalah pergerakan Pemuda Indonesia.

c. Memperkuat perasaan kebangsaan dan memperteguh persatuan Indonesia.

Isi Sumpah Pemuda ialah:

Pertama : Kami putra dan putri Indonesia bertumpah darah satu, Tanah

Indonesia.

Kedua : Kami putra dan putri Indonesia

mengaku berbangsa yang satu,

Bangsa Indonesia.

Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Pada kongres tersebut dikumandangkan lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman, dan dikibarkan bendera Merah Putih yang dipandang sebagai bendera pusaka bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan salah satu puncak pergerakan nasional dan sampai sekarang tanggal 28 Oktober diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda.

Perhimpunan Indonesia (PI)

Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan penjilmaan dari Indische Vereeniging yang didirikan oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Negeri Belanda pada tahun 1908. Mereka itu, antara lain Sutan Kesayangan, R.N.Notokusumo, R.P. Sastrokartono, R. Husein Jayadiningrat, dan Notodiningrat. Pada mulanya hanya bersifat organisasi sosial yang berjuang untuk mengurus kepentingan bersama orang-orang Indonesia yang berada di Negeri Belanda. Kedatangan tiga tokoh Indische Partij di Negeri Belanda tahun 1913 (sebagai orang ngasingan), unsur politik mulai masuk dalam tubuh Indische Vereeniging. Setelah Perang Dunia I, jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar ke Negeri Belanda makin banyak. Hal ini semakin mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging, semangat nasionalisme semakin kuat sehingga sifat organisasi social beralih ke organisasi politik. Mereka tidak hanya sekadar menuntut ilmu, tetapi juga berjuang memikirkan nasib bangsanya. Pada tahun 1922, nama Indische Vereeniging diubah menjadi Indonesische Vereeniging, dan pada tahun 1925 menjadi Perhimpunan Indonesia. Majalah mereka yang terbit sejak tahun 1916 dengan nama Hindia Putra berubah nama menjadi Indonesia Merdeka (1924). Dengan perubahan itu maka terjadi pula perubahan dasar pemikiran dan orientasi pergerakan mereka. Gerakan mereka menjadi radikal dan dengan tegas menginginkan Indonesia merdeka.

Partai Nasional Indonesia (PNI)

Algemene Studie Club di Bandung yang didirikan oleh Ir. Soekarno pada tahun 1925 telah mendorong para pemimpin lainnya untuk mendirikan partai politik, yakni Partai Nasional Indonesia ( PNI). PNI didirikan di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 oleh 8 pemimpin, yakni dr. Cipto Mangunkusumo, Ir Anwari, Mr. Sartono, Mr. Iskak, Mr. Sunaryo, Mr. Budiarto, Dr. Samsi, dan Ir. Soekarno sebagai ketuanya. Kebanyakan dari mereka adalah mantan anggota

Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda yang baru kembali ke tanah air.

Keradikalan PNI telah tampak sejak awal berdirinya. Hal ini terlihat dari anggaran dasarnya bahwa tujuan PNI adalah Indonesia merdeka dengan strategi perjuangannya nonkooperasi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka PNI berasaskan pada self help, yakni prinsip menolong diri sendiri, artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial budaya yang telah rusak oleh penjajah dengan kekuatan sendiri; nonkooperatif, yakni tidak mengadakan kerja sama dengan pemerintah Belanda; Marhaenisme, yakni mengentaskan massa dari kemiskinan dan

kesengsaraan. Dengan munculnya isu bahwa PNI pada awal tahun 1930 akan mengadakan pemberontakan maka pada tanggal 29 Desember 1929,pemerintah Hindia Belanda mengadakan

penggeledahan secara besarbesaran dan menangkap empat pemimpinnya, yaitu Ir. Soerkarno,

Maskun, Gatot Mangunprojo dan Supriadinata. Mereka kemudian diajukan ke pengadilan di Bandung Dalam sidang pengadilan, Ir. Soerkarno mengadakan pembelaan dalam judul Indonesia Menggugat. Sementara itu, pimpinan PNI untuk sementara dipegang oleh Mr. Sartono dan dengan pertimbangan demi keselamatan maka pada tahun 1931 oleh pengurus besarnya PNI dibubarkan. Hal ini menimbulkan pro- dan kontra. Mereka yang pro-pembubaran, mendirikan partai baru dengan nama Partai Indonesia (Partindo) di bawah pimpinan Mr. Sartono. Kelompok yang kontra, ingin tetap melestarikan nama PNI dengan mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru) di bawah pimpinan Drs. Moh. Hatta dan Sutan Syahrir.

Gerakan Wanita

Munculnya gerakan wanita di Indonesia, khusunya di Jawa dirintis oleh R.A. Kartini yang kemudian dikenal sebagai pelopor pergerakan wanita Indonesia. R.A. Kartini bercita-cita untuk mengangkat derajat kaum wanita Indonesia melalui pendidikan. Cita-citanya tersebut tertulis dalam surat-suratnya yang kemudian berhasil dihimpun dalam sebuah buku yang diterjemahkan dalam judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Cita-cita R.A. Kartini ini mempunyai persamaan dengan Raden Dewi Sartika yang derjuang di Bandung.

Semasa Pergerakan Nasional maka muncul gerakan wanita yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial budaya. Organisasi-organisasi yang ada, antara lain sebagai berikut.

1) Putri Mardika di Batavia (1912) dengan tujuan membantu keuangan bagi

wanita-wanita yang akan melanjutkan sekolahnya. Tokohnya, antara lain R.A.

Saburudin, R.K. Rukmini, dan R.A. Sutinah Joyopranata.

2) Kartinifounds, yang didirikan oleh suami istri T.Ch. van Deventer (1912)

dengan membentuk sekolah-sekolah Kartinibagi kaum wanita, seperti di

Semarang, Batavia, Malang, dan Madiun.

3) Kerajinan Amal Setia, di Gadang Sumatra Barat oleh Rohana Kudus (1914).

Tujuannya meningkatkan derajat kaum wanita dengan cara memberi pelajaran membaca, menulis, berhitung, mengatur rumah tangga, membuat kerajinan, dan cara pemasarannya.

4) Aisyiah, merupakan organisasi wanita Muhammadiyah yang didirikan oleh Ny. Hj. Siti alidah Ahmad Dahlan (1917). Tujuannya untuk memajukan pendidikan dan keagamaan kaum wanita.

5) Organisasi Kewanitaan lain yang berdiri cukup banyak, misalnya Pawiyatan Wanito di Magelang (1915), Wanito Susilo di Pemalang (1918), Wanito Rukun Santoso di Malang, Budi Wanito di Solo, Putri Budi Sejati di Surabaya (1919), Wanito Mulyo di Yogyakarta (1920), Wanito Utomo dan Wanito Katolik di Yogyakarta (1921), dan Wanito Taman Siswa (1922).

Puncak gerakan wanita, yaitu dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia I pada tanggal 22–25 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres menghasilkan bentuk perhimpunan wanita berskala nasional dan berwawasan kebangsaan, yakni Perikatan Perempuan Indonesia (PPI). Dalam Kongres Wanita II di Batavia pada tanggal 28–31 Desember 1929 PPI diubah menjadi Perikatan Perhimpunan Isteri Indonesia (PPII). Kongres Wanita I merupakan awal dari bangkitnya kesadaran nasional di kalangan wanita Indonesia sehingga tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai hari Ibu

Petisi Sutardjo

Gagasan dari petisi ini dicetuskan oleh Sutardjo Kartohadikusumo, Ketua Persatuan Pegawai Bestuur (pamong praja) Bumiputera (PPBB). Usulan ini didasarkan pada pasal 1 UUD Kerajaan Belanda yang berbunyi bahwa Kerajaan Nederland (Belanda) meliputi wilayah Nederland, Hindia Belanda, Suriname Curasao.Sutardjo mengusulkan agar bangsa Indonesia diberikan pemerintahan sendiri di lingkungan kerajaan Belanda.namun usulan tersebut ditolak karena bangsaIndonesia dianggap belum matang untuk masalah pemerintahan.Ditolaknya petisi Sutardjo mendorong lahirlah Gabungan Politik Indonesia(GAPI) pada tahun 1939 yang dipimpin Muh. Husni Thamrin.GAPI terdiri dari berbagai partai politik yang menuntut Indonesia berparlemen

Untuk menanggapi resolusi GAPI, pada tanggal 14 September 1940 dibentuk Komisi Visman. Hasilnya sia-sia sebab Komisi Visman tidak melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Sementara itu, situasi semakin gawat dan rakyat akhirnya termakan oleh ropaganda Jepang yang bersemboyan "pembebasan bangsa-bangsa Asia dari enjajahan bangsa-bangsa Barat". Demikianlah situasi hubungan antara nasionalisme Indonesia dengan kolonialisme Belanda ketika tentara Jepang memasuki Indonesia.